Pada saat itu, dikhawatirkan akan muncul konflik global berkaitan dengan dampak disrupsi teknologi terhadap kehidupan manusia.
Teknologi, layaknya Dewa Janus, sejatinya berwajah ganda. Teknologi bisa berdampak negatif, namun juga positif. Penelitian-penelitian ilmiah terkini tentang dampak perkembangan teknologi terhadap kehidupan sosial membuktikan bahwa “ketakutan” berlebihan akan dampak negatif teknologi justru niscaya bersifat kontraproduktif.
Janet Ruane dan Karen Cerulo dalam tulisannya Technology is Taking Over Our Lives (2015) mencoba mengurai hasil-hasil penelitian sosiologis yang menantang pandangan-pandangan negatif terhadap dampak perkembangan teknologi terkini.
Dampak Positif Teknologi
Salah satu dampak negatif perkembangan teknologi yang dikeluhkan para pengkritiknya adalah munculnya fenomena digital divide (pemisahan digital), yakni terbentuknya kelas sosial baru dimana mereka tidak mampu mengakses produk teknologi terbaru. Kelompok masyarakat miskin dan negara-negara miskin adalah dua unit kelas sosial yang paling terdampak fenomena digital divide. Artinya, meskipun teknologi berkembang pesat, kedua kelompok ini tetap dalam kondisi kurang beruntung dalam memanfaatkan dan mengakses teknologi terkini.
Namun demikian, sejumlah penelitian terbaru menunjukkan bahwa perkembangan teknologi terkini, terutama teknologi komunikasi baru (the new communication technologies) telah semakin menghapus kondisi ketidaksetaraan akses teknologi (Colley dan Maltby, 2008; Hogan dan Wellman, 2012; Muscanell dan Guadagno, 2012).
Munculnya produk-produk teknologi baru seperti internet, financial technology, artificial intelligence, dan cryptocurrency, semakin terjangkaunya harga produk teknologi, distribusi akses teknologi yang semakin terbuka (terutama karena teknologi komunikasi telepon seluler dan nir-kabel) serta dukungan berbagai stakeholders (pemangku kepentingan) – negara, swasta dan masyarakat sipil – yang semakin besar, menjadi faktor pendukung terkikisnya digital divide.
Meskipun tentu saja ketidaksetaraan digital masih terjadi di sejumlah negara (terutama di Asia dan Afrika), sebagian besar penduduk dunia kini telah dapat menikmati akses teknologi dengan cukup baik.
Sejumlah penelitian terbaru juga menunjukkan dengan argumentasi kuat bahwa perkembangan teknologi komunikasi, terutama penemuan media sosial, tidak serta merta menggantikan atau menghilangkan pola interaksi tradisional berbasis tatap muka fisik (direct communication), melainkan justru melengkapi pola interaksi yang sudah ada (Collins dan Wellman, 2010; Jensen, Danziger dan Venkatesh, 2007; Rainie dan Wellman, 2012).
Kehadiran Facebook, Twitter, Instagram dan lain-lain, ternyata tidak menghalangi keterlibatan sosial para penggunanya dalam aktivitas-aktivitas offline. Sebaliknya, kehadiran berbagai pilihan media sosial ini ternyata justru mempermudah dan menguatkan komunikasi dan interaksi sosial yang sebelumnya terhalang batas-batas ruang (jarak) dan waktu.
Penelitian-penelitian lain juga menemukan bahwa pola komunikasi online yang sering disebut sebagai mediated communication ini ternyata justru menguatkan hubungan antarindividu, baik antarteman ataupun antarkeluarga, membuka akses hubungan baru, serta membantu individu menyelesaikan masalah pribadinya (Katz dan Rice, 2009; Lai dan Gwung, 2013; Rainie dan Wellman, 2012).
Hadirnya teknologi sebagai perantara interaksi sosial ini mendorong dua orang sosiolog, yakni Karen Cerulo dan Janet Ruane, untuk mendefinisikan kembali pengertian hubungan sosial (social relations) (2015). Dalam kajian sosiologi klasik, kehadiran fisik atau tubuh menjadi salah satu syarat utama pengertian hubungan sosial. Munculnya teknologi komunikasi poker online baru telah mengubah konsep hubungan sosial ini. Menurut Cerulo dan Ruane, kehadiran tubuh mungkin bukan lagi syarat utama terpenuhinya definisi hubungan sosial.
Alih-alih, interaksi rutin antarindividu, ikatan emosional jangka-panjang antarindividu, serta rasa saling percaya dalam interaksi sosial adalah faktor-faktor yang jauh lebih penting dalam membentuk hubungan sosial, baik online maupun offline. Temuan Cerulo dan Ruane ini semakin menguatkan dampak positif dalam kehidupan sosial kita dewasa ini.
Teknologi Di Masa Depan
Perkembangan teknologi di masa yang akan datang dipastikan akan semakin pesat. Perusahaan-perusahaan berbasis teknologi seperti Google, Microsoft, Oracle, Cisco, Facebook atau Tesla hingga kini terus berlomba-lomba melahirkan inovasi-inovasi baru. Bukan tidak mungkin jika sepuluh atau dua puluh tahun yang akan datang realitas kehidupan manusia menjadi sangat berbeda dengan ditemukannya teknologi-teknologi baru.
Perdebatan mengenai dampak teknologi dalam kehidupan sosial – baik positif maupun negatif – dengan demikian akan terus bergulir. Pun perdebatan tentang peranan manusia sebagai pencipta sekaligus pengguna teknologi: apakah manusia akan mampu mengontrol perkembangan teknologi yang semakin canggih; ataukah manusia justru sekedar menjadi budak yang diperalat teknologi ciptaannya sendiri?
Isu-isu sosial, ekonomi, budaya, etika dan politik terhadap dampak teknologi akan terus berkembang. Tidak ada yang tahu kemana teknologi akan membawa arah sejarah peradaban umat manusia. Yang bisa kita lakukan adalah selalu berusaha bersikap kritis dan meyakini prinsip kehadiran teknologi: bahwa teknologi seharusnya hadir untuk kepentingan manusia, bertujuan mempermudah kehidupan manusia, dan bukan sebaliknya.